Tidak Terlihat


Aku sedang merenung dibawah birunya langit pada pagi hari yang amat indah. Aku memikirkan banyak hal yang terjadi di sekitarku sekarang ini. Begitu banyak pernyataan-pernyataan di dunia nyata namun terasa seperti berada di dalam dunia maya. Pernyataan-pernyataan tersebut banyak membohongi kepercayaan-kepercayaanku selama ini. Terkadang, aku merasa bahwa harapan-harapan yang manusia miliki hanya akan menjadikannya tinggal di dalam dunia dongeng. Maksudku, manusia banyak memiliki keterbatasan tetapi manusia selalu dipaksa untuk menjadi sempurna di dalam ketidaksempurnaannya. Tidak jarang  hal tersebut membuat banyak orang semakin terpuruk atau kamu bisa mengatakan bahwa lebih banyak orang yang tidak menikmati kehidupannya dibandingkan yang menikmati kehidupannya.

“Lagi mikirin apa, Ri?” tanya Ome.
“Enggak. Bukan apa-apa, Me.” Jawabku sambil tersenyum. 
“Kamu kalau jawab kayak gitu berarti ada yang mau kamu tanyain. Biasanya sih gitu dan belum pernah salah juga. Jujur aja sih sama aku.”
“Menurut kamu, untuk apa diciptakan ketidaksempurnaan jika manusia selalu dituntut untuk sempurna?”
Ome terdiam, ia juga ikut memandangi langit biru saat ini. Tiupan angin membuat rambut kami agak sedikit berantakan. Aku berkali-kali menyisir rambut dengan jari-jari tanganku agar tidak terlalu mengganggu kedua mata, pandanganku. 

Pertanyaanku bukan pertanyaan yang sulit, kan? Manusia hidup di dunia yang setiap harinya selalu ada standardisasi baru mengenai kualitas kehidupan yang layak. Hari ini kamu bisa saja salah tetapi esok kamu bisa saja benar. Hari ini kamu bisa saja jatuh tetapi esok kamu juga bisa saja jatuh lebih dalam lagi ke dalam jurang. Di dalam hidup, tidak ada jaminan bahwa manusia akan selalu berada di dalam kotak amannya. Di dalam hidup, tidak ada jaminan bahwa hukum juga akan selalu melindungi setiap jiwa yang ada. Tidak ada manusia yang bisa menjamin bahwa hari ini kamu akan tertawa atau menangis. Mereka bilang jika ada tangis selalu ada tawa. 

Kehidupan memiliki banyak sudut pandang. Banyaknya sudut pandang tak jarang membuat manusia lupa bahwa ada hati yang terluka karena pemikiran-pemikiran yang terlalu rasional. Untuk beberapa orang, uang Rp250.000,00 dapat terkumpul dalam waktu satu minggu. Ada juga yang harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan jumlah uang yang sama dalam jangka waktu yang lebih panjang. Ada yang merasakan bahwa pakaian glamour adalah hal yang harus dimiliki dan tidak boleh sampai terlewatkan. Terlepas dari itu semua, ada orang yang menyembunyikan luka di balik pakaian glamour-nya.

“Sebenarnya, aku tidak bisa memastikan sepenuhnya apa yang aku jawab adalah benar. Aku hanya bisa menjawab sebaik mungkin, semampuku.”
“Iya, Me. Jadi jawaban kamu.....?”
“Kamu tahu pelangi, kan? Warnanya beranekaragam. Menurutku, ketidaksempurnaan ada untuk mengajarkan apa arti kesempurnaan yang sesungguhnya.”
“Jika memang begitu lalu mengapa masih banyak orang yang belum mengetahui.......”
Aku belum menyelesaikan kalimatku tetapi Ome sudah mengetahui akhir dari pertanyaanku.
            “Arti dari kesempurnaan?”
Aku hanya menganggukkan kepala, pertanda setuju. Aku membiarkan dia melanjutkan jawabannya.
            “Tidak semua orang dapat memandang langit yang sama, Ri. Kebanyakan dari kita menyia-nyiakan kesempatan untuk memandang keindahan pelangi. Sama seperti kehidupan, tidak semua orang menggunakan kesempatannya untuk memahami apa arti kesempurnaan yang sebenarnya.”
Aku tidak membalasnya kali ini. Kami hanya memandang langit biru yang sama, awan putih yang berbeda.

Bagiku, hidup ini hitam dan putih. Terkadang hidup terasa begitu jelas dan terkadang juga terasa begitu abstrak hingga aku tidak dapat mengartikan apa yang ada saat itu dengan benar. Menurutku, orang dewasa banyak berbohong mengenai kehidupan mereka. Mereka sering berbohong bahwa menjadi orang dewasa itu enak, bebas, tanpa aturan. Mereka bohong! Mereka banyak menutupi kenyataan-kenyataan yang benar mengenai buruknya masa-masa mereka. Ya, aku melihatnya begitu jelas di depan kedua mataku. Mereka sering berkata baik-baik saja padahal mereka baru saja kehilangan pekerjaan, hampir mati kelaparan, mendapatkan hinaan karena berat badan yang sama sekali tidak diinginkan, harus mengkonsumsi obat tidur karena pikiran-pikiran yang begitu mengganggu di malam hari, dan ada banyak hal yang tidak akan cukup jika aku menuliskannya di sepanjang perjalanan hidupku.

“Aku pernah dilupakan hanya karena aku tidak mendapatkan nilai 100 di ujian. Aku pernah dilupakan hanya karena aku menghilangkan foto yang dapat dikembalikan dengan sebuah aplikasi. Aku berhasil memulihkan keadaan namun mereka tidak juga menganggap aku ada. Mereka bahkan lebih memilih kehilangan aku.” kataku.
“Ri, aku juga pernah kayak kamu. Aku pernah kehilangan orang yang sangat aku sayang karena jawabanku salah atas pertanyaannya. Tetapi, dia juga tidak pernah memberi tahu aku jawaban apa yang benar.”
Mereka hanya bisa menilai tanpa mengetahui alasan di balik itu semua.
Sama halnya dengan mereka hanya bisa mengetahui bahwa ketidaksempurnaan akan membawa kerugian. Ketidaksempurnaan memang akan membawa kerugian untuk mereka yang tidak bisa menerima ketidaksempurnaan tersebut.” mata Ome menerawang langit biru di atas sana.

            Terkadang, hal-hal yang kamu pikir adalah ketidakberuntungan untuk hidupmu adalah hal-hal yang dapat melumpuhkan orang lain dan membuat mereka percaya bahwa dirimu tidak seburuk penilaian mereka. Mungkin kamu memang tidak terlihat di mata mereka, mungkin kamu di pandang payah, tidak berguna, ceroboh, bodoh, miskin, atau apapun yang mereka ingin katakan kepadamu. Itu semua terserah saja kepada mereka. Mereka belum mengetahui bahwa ketidaksempurnaan adalah racun yang paling ampuh untuk membangun hal-hal yang luar biasa. Di dunia ini memang tidak ada yang sermpurna. Tapi, apa kamu pernah memikirkan hal ini? Kamu telah menjadikan dirimu memahami arti kesempurnaan dengan baik  ketika kamu berusaha keluar dari zona nyaman menuju perbatasan derita dan bahagia. 

            “Tapi gimana kalau kamu kehilangan orang-orang yang kamu sayang hanya karena kamu tidak sesempurna apa yang mereka bayangkan?”

Tuhan, seandainya waktu dapat mengerti dan seandainya mereka dapat mengerti bahwa aku tidak dapat lagi mengikuti permainan yang mereka buat. Aku sudah lelah dengan pertanyaan berapa banyak yang aku punya atau sesempurna apa Riri yang sebenarnya. Aku sudah lelah dengan pertanyaan yang jawabannya membuat aku kehilangan warna-warna terindah di dalam kehidupan.  Terbit dan tenggelamnya mentari seharusnya membawa mereka yang jauh menjadi lebih dekat denganku. Terbit dan tenggelamnya mentari seharusnya membawa waktu agar kami saling memahami keindahan perbedaan, keindahan lukisan Tuhan akan ciptaan-Nya.

“Kamu menjadikan mereka warna-warna terbaik di dalam hidupmu sementara mereka tidak. Kamu harus percaya jika suatu hari nanti akan ada mereka yang lain. Mereka akan menjadikanmu warna-warna terbaik di dalam hidup mereka juga.”
“Aku salah ya? Apakah aku terlalu idealis?” aku masih merenung mengenai keputusanku yang terakhir kalinya untuk masalah ini. Untuk terakhir kalinya, aku tidak ingin salah dalam mengambil keputusan.
“Aku tidak akan menyalahkanmu jika kamu memang ingin keluar dan menarik diri dari mereka yang menghimpitmu. Ketidaksempurnaan adalah kekuatanmu yang sesungguhnya, Ri. Ketika tiada lagi pengakuan ataupun penghargaan untuk apa kamu mengorbankan kuatmu demi orang-orang seperti itu?”
“Aku hanya takut, Me. Aku tidak mungkin meraih suksesku sendirian. Aku pasti membutuhkan bantuan orang lain. Bagaimana mungkin tanpa mereka aku bisa............”
Aku tidak berani melanjutkan kata-kata yang akan aku utarakan. Tiada pernah aku menginginkan berada di dalam keadaan seperti ini. Dimana sepanjang hari aku berharap agar hatiku selalu kuat untuk bertahan. Semua ketidaksempurnaanku membuat mereka berlari menjauh. Semua ketidaksempurnaanku membuat mereka bersembunyi. Aku mohon, aku berharap kalian tidak pergi disaat ada bagian dari diriku yang terlihat mulai berdebu dan tampak tidak dikenali lagi.

            “Tidak ada manusia yang sempurna, Ri. Kamu enggak boleh lari dari ini semua. Suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan orang yang bertahan untuk mengingatkan kamu, kembali untuk kamu, menutup mulut dan mata akan kekuranganmu, tetap bersamamu walau kamu menyakitinya, kembali ketika kamu menyuruh mereka untuk berlari dan tidak kembali lagi.”
                “Itu dunia dongeng, Me.”
            “Aku tidak pernah menjadi cukup maya untukmu, bukan? Aku juga tidak pernah menjadi tokoh dongeng untukmu, bukan?”

            Kini, aku lepaskan dunia yang sempat ada dalam genggaman tanganku. Aku seolah kembali ke halaman awal kehidupan untuk mengubah langkahku yang tertatih menjadi pasti.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hugo Münsterberg

Semut dan Belalang