True Processing

        Aku yakin, kamu pasti mengetahui bahwa terkadang hasil akhir dari kerja keras seseorang mendapatkan hasil yang tidak sesuai. Itu yang aku sebut hidup. Kalau kamu bisa merasakan sakit, berarti kamu hidup di dunia nyata dan bukan hidup di dunia maya. Kebahagiaan dan kesedihan di dalam dunia ini sifatnya temporer, bersyukurlah akan hal itu. Mungkin sekarang aku sedang berusaha memberikan pengertian terhadap diriku sendiri bahwa kegagalan tidak selalu seburuk itu. Kegagalan banyak membuat orang menghukum keras dirinya. Ada ribuan faktor mengapa seseorang bisa mengalami kegagalan. Begitu luasnya kemungkinan sehingga sulit untuk membedakan mana alasan yang benar dan mana alasan yang dibuat-buat.
      
        Tetapi kalian tahu? Apa yang paling menyakitkan? Yang paling menyakitkan adalah ketika alasan yang kamu berikan adalah alasan yang paling jujur, namun tidak bisa diterima sama sekali. Test is the test. Aku berusaha untuk berbicara, namun tidak ada yang mendengarkan. Aku mulai merasa ada sesuatu yang salah disini. Aku mulai mempertanyakan mengenai kemungkinan terburuk jika aku bertahan. Berusaha meraih cahaya sinar matahari di dalam kegelapan ruangan. Namun semuanya terlambat. Waktuku telah habis rupanya. Semuanya itu ditarik daripadaku, sehingga menimbulkan penyesalan terdalam. Ya, aku masih sulit memaafkan diriku sendiri untuk saat ini. Aku sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk kegagalan, sama sekali tidak. Mereka bilang, jangan pernah berpikir soal kegagalan karena pikiran itu hanya akan mengacaukan beberapa bahkan hampir semua rencana yang mendukung keberhasilan. Sepertinya, aku mulai tidak mempercayai hal itu.

        Aku berusaha mengambil sebanyak yang aku bisa. Aku berusaha semaksimal mungkin, mengerjakan yang aku bisa. Aku menghabiskan waktuku untuk memahami bagaimana cara menjawab yang baik, atau bahkan hal-hal favorite apa yang mungkin saja bisa menjadi serangan bagi diriku sendiri. Berpacu dengan waktu, itu adalah hal kedua yang aku benci setelah kebohongan. Namun itu semua sudah terjadi, aku tidak bisa menggapai segera ke tepian karena dayungku hilang, layarku koyak dan sebentar lagi akan hancur. Ini semua bukan salah perahu yang aku gunakan untuk berlayar, tetapi ini semua salahku karena kurang teliti menggunakan perahu. Mungkin kamu bisa untuk menyalahkan dirimu sendiri selama yang kamu mau. Sehari, dua hari, seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun. Ternyata bukan itu yang aku cari. Dan aku berharap, bukan itu juga yang sedang kamu cari.

        Yang harus kita cari sesungguhnya adalah proses yang sebenarnya terjadi. Perjuangan kamu semalaman, seharian, atau bahkan bertahun-tahun untuk membangun sebuah impian dan bukan hasil akhir dari impian itu. Entah itu semua sudah sempat tercapai, belum sempat tercapai, atau bahkan tidak tercapai merupakan hasil akhir dari proses yang kamu lewati. Manusia boleh merencanakan apapun, tetapi Tuhan yang menentukan. Kalau kamu gagal, itu bukan salah orang lain atau salah Tuhan dan bukan juga salahmu jika kamu sudah berusaha dan meminta Tuhan untuk ikut serta di dalam pekerjaanmu. Tuhan bukan tidak mendengar dan menjawab doamu, tetapi Tuhan tahu kapan waktunya yang tepat menjadi kamu seorang pemenang sejati setelah melalui apa itu kegagalan dan rasa pahit yang tetap bisa Dia obati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hugo Münsterberg

Semut dan Belalang

Sehebat Apapun Kamu.